Tahukah Kamu Siapa Sang Penjelajah Muslim Dunia yang Paling Terkenal dan Melegenda?

Part II

🌎 Ikhtisar Perjalanan Ibnu Batutah

Sahabat HOTS
Gairah Ibnu Batutah berpetualang ke dunia luar begitu membara. Ia berharap bisa belajar lebih banyak. Seperti apa kelanjutan kisah perjalanan Ibnu Batutah mengarungi dunia? #Mariketahui kisah selengkapnya di bawah ini!

Dalam buku yang dia tulis berjudul Rihlah, Ibnu Batutah mengungkapkan alasan mengapa dia meninggalkan kota kelahirannya dan memutuskan menjelajah yakni “Tujuanku untuk berziarah ke Kabah (di Mekah) dan untuk mengunjungi makam Nabi”.

Dengan keyakinan inilah Ibnu Batutah menjelajahi panasnya Afrika Utara untuk Sampai ke Kota yang menjadi tujuan hampir seluruh umat Muslim di dunia sampai saat ini, yakni Kota Mekah Al Mukorromah.

Ibnu Batutah mengembara dengan keledainya meninggalkan kota kelahirannya di Tangier, Maroko. Ia pergi seorang diri ke arah timur di sepanjang wilayah Afrika Utara, melewati lembah sungai dan daratan-daratan kering yang diapit serangkaian pegunungan.

Di usia 21 tahun, tepatnya pada bulan Juni 1325 M. Ibnu batutah memulai perjalanan dan berangkat meninggalkan kampung halaman untuk menunaikan ibadah haji, yang kala itu waktu tempuh yang dibutuhman memakan waktu selama 16 bulan. Semenjak itu, ia tidak pernah lagi melihat Maroko selama 24 tahun.

“Aku berangkat seorang diri, tanpa kawan seperjalanan sebagai pelipur lara, tanpa iring-iringan kafilah yang dapat kuikuti, namun didorong oleh hasrat yang menggebu-gebu di dalam diriku dan impian yang sudah lama terpendam di dalam sanubariku untuk berziarah ke tempat-tempat suci yang mulia ini.aku pun meninggalkan teman-teman dan meninggalkan rumah.”

Ibnu Batutah berangkat ke Mekah melalui jalur darat, menyusuri kawasan pesisir Afrika Utara, melintasi wilayah kesultanan Bani Abdul Wad dan wilayah kesultanan Bani Hafsi. Ia melewati Kota Tlemsan, Kota Bijayah dan kemudian singgah selama dua bulan di Kota Tunis.

Pada awal musim semi 1326, setelah menempuh perjalanan sejauh 3.500 km (2.200 mil), Ibnu Batutah akhirnya sampai ke Bandar Aleksandria, yang kala itu termasuk dalam wilayah Kesultanan Mamluk Bahariyah.

Pada 17 November 1326 M, setelah sebulan lamanya berdiam di Mekah, Ibnu Batutah bergabung dengan serombongan besar kafilah haji yang akan kembali ke Irak melalui jalur lintas Jazirah Arab.Kafilah ini bertolak ke arah utara menuju Madinah, kemudian meneruskan perjalanan pada malam hari ke arah timur laut, melintasi padang Najd menuju Najaf selama kurang lebih dua pekan. Sesampainya di Najaf, ia berziarah ke Gedung Makam Ali, Khalifah keempat.

Kota berikutnya yang ia kunjungi adalah Isfahan, yang terletak di balik Pegunungan Zagros di Persia. Selanjutnya ia bertolak ke arah selatan menuju Syiraz, sebuah kota besar lagi makmur yang beruntung luput dari aksi kpenghancuran bala tentara Mongol, tidak seperti banyak kota lain yang terletak lebih ke utara. Ibnu Batutah akhirnya kembali melintasi pegunungan menuju Bagdad, dan tiba di kota itu pada bulan Juni 1327 M.

Sejak meninggalkan Tangier untuk pergi ke Tanah Suci pada 14 Juni 1325, Ibnu Batutah tak kembali lagi ke kota kelahirannya itu hingga 24 tahun lamanya. Berawal dengan ke Tanah Suci, ia kemudian melakukan rihlah (perjalanan) keliling dunia dari Afrika Utara, Afrika Barat, Eropa Selatan, Eropa Timur, Timur Tengah, India, Asia Tengah, Cina, Asia Timur, hingga Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Jarak perjalanan Ibnu Batutah ini melampaui rekor para penjelajah Eropa di masa itu. Seorang sejarawan barat, George Sarton, bahkan mengatakan, perjalanan Ibnu Batutah melampaui jarak perjalanan Marcopolo. Ibnu Batutah telah melakukan perjalanan darat dan laut sejauh 120 ribu kilometer. Jarak tersebut merupakan pencapaian seorang penjelajah yang luar bisa dan tak tertandingi saat itu.

Kemudian setelah sekian tahun lamanya ia pun pulang dan tiba di Tangier. Namun hal itu tidak menyurutkan keinginan Ibnu Battuta untuk terus berkelana melakukan penjelajahan hingga akhirnya dia mulai pergi lagi ke wilayah Spanyol dan juga menyusuri berbagai wilayah di Afrika seperti Mali dan Timbuktu.

Pada tahun 1354, Ibnu Batutah benar-benar pulang ke wilayah Maroko dan dibantu oleh seorang penyair bernama Ibnu Juzayy untuk menuliskan perjalanannya. Seluruh perjalanan yang dilakukan Ibnu Battuta benar-benar berakhir ketika dia meninggal di awal tahun 1360-an.

FB http://Facebook.com/hafizhonthestreet
IG http://Instagram.com/hotsofficial_kauny
YT https://bit.ly/Youtube_HOTSOfficial
Web www.hafizhonthestreet.com
0821 5117 5117 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top