Apa yang Terrtinggal dalam Diri Kita Setelah Ramadhan Berlalu

#10Syawal1443H #CatatanKeluarga

Assalamu’alaikum Sahabat HOTS
Ramadhan telah meninggalkan kita, begitu banyak keberkahan yang kita rasakan di bulan tersebut. Kita melihat begitu banyak orang berlomba-lomba dalam kebaikan, bahkan dalam perkara ibadah pun dapat kita rasakan betapa semangat untuk menuai pahala sebanyak-banyaknya yang berlipat ganda dari Allah. Segala ibadah dilakukan semaksimal mungkin. Mulai dari shalat berjamaah di mesjid, tilawah Al-Qur’an, I’tikaf, berbagi kepada sesama bahkan amal kebaikan lainnya yang bisa kita sasksikan dan rasakan.

Namun kini, Ramadhan telah berakhir. Pertanyaanya apakah kita masih bisa tetap beribadah seperti saat Ramadhan? Apakah bisa iman kita kuat seperti saat Ramadhan? Apa yang tertinggal dalam diri kita setelah Ramadhan berlalu?

Berakhirnya Ramadhan bukan berarti segala amalan yang kita kerjakan juga dihentikan. Justru dengan berakhirnya Ramadhan hendaknya kita lebih meningkatkan segala bentuk amalan. Bukan hanya beramal di bulan Ramadhan saja, karena bulan Syawal juga merupakan bulan yang baik untuk meningkatkan ibadah. Karena ibadah bukanlah musiman, tapi harus kita kerjakan setiap hari.

Amalan yang dikerjakan seorang mukmin seharusnya barulah berakhir ketika ajal datang menjemput, saat malaikat Izrail mengambil nyawa kita.

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan ajal (waktu akhir) untuk amalan seorang mukmin selain kematiannya.” Lalu Al Hasan membaca firman Allah:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99)

Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang celaka karena tidak mendapatkan pengampunan dari Allah Ta’ala selama bulan Ramadhan, sebagaimana yang tersebut dalam doa yang diucapkan oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam dan diamini oleh Rasulullah shallallahu’alaihi Wasallam: “Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni (oleh Allah Ta’ala ).” (HR Ahmad (2/254), Al Bukhari dalam “Al Adabul mufrad” (no. 644), Ibnu Hibban (no. 907) dan Al Hakim (4/170), dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, Al Hakim, Adz-Dzahabi dan al-Albani.)

Pasti ada saja pertanyaan yang muncul dalam hati “ada yang tertinggal dalam diri kita setelah Ramadhan berlalu? Masih bisakah istiqomah menjalankan setiap amalan-amalan yang telah dikerjakan selama bulan Ramadhan?

Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.” (HR. Muslim no. 783)

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, ”Yang dimaksud dengan Hadits tersebut adalah agar kita bisa pertengahan dalam melakukan amalan dan berusaha melakukan suatu amalan sesuai dengan kemampuan. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang rutin dilakukan walaupun itu sedikit.”

Beliau pun menjelaskan, ”Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wasallam adalah amalan yang terus menerus dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat ’Abdullah bin ’Umar.” Yaitu Ibnu ’Umar dicela karena meninggalkan amalan shalat malam. (Fathul Baari lii Ibni Rajab, Asy Syamilah, 1/84)

Imam Bisyr bin Al Harits Al Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang (hanya) rajin dan sungguh-sungguh beribadah di bulan Ramadhan, maka beliau menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) mereka tidak mengenal hak Allah kecuali hanya di bulan Ramadhan, (hamba Allah) yang shaleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah dalam setahun penuh.” (Dinukil oleh imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 313)

Ada dua aspek istiqomah dalam ketaatan yang perlu dipertahankan setelah Ramadhan, yakni:

1⃣ Istiqomah lisan

Pertanda keistiqamahan seseorang yang paling tampak dan paling kentara adalah istiqamahnya lisan. Karena dengan lurusnya lisan maka akan ikut luruslah amalan anggota badannya.

2⃣ Istiqomah Jawarih (Anggota Badan)

Jika hati telah tetap dalam keistiqomahan maka anggota badan lain akan mengikutinya.

Bersyukurlah pada Allah, karena kita masih bisa melaksanakan ibadah di bulan suci Ramadhan dan bisa merayakan lebaran, berkumpul bersama keluarga tercinta. Memasuki bulan Syawal hari ke-10 tentunya harus menambah ghirah kita dalam menjaga kualitas ibadah selepas Ramadhan.

Sumber:
▪️https://rumaysho.com/1233-setelah-ramadhan-beribadah-sampai-mati.html
▪️https://muslim.or.id/10042-istiqamah-setelah-ramadhan.html
▪️https://kuaumbulharjo.org/mempertahankan-ketaatan-setelah-ramadan/
▪️https://www.republika.co.id/berita/qte2nh335/cara-mempertahankan-iman-setelah-ramadhan

#MetodeKauny #HafizhOnTheStreet #HOTSerDaerah #PejuangAlquran #HijrahituMudah

FB http://Facebook.com/hafizhonthestreet
IG http://Instagram.com/hotsofficial_kauny
YT https://bit.ly/Youtube_HOTSOfficial
Web www.hafizhonthestreet.com
0821 5117 5117

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top