Tahukah Kamu Laksamana Perempuan Pertama di Nusantara?

#10Syawal 1444H #MariKetahui

Tahukah Kamu Laksamana Perempuan Pertama di Nusantara?

Sahabat HOTS Fillah
Sejarah Islam dan Nusantara sangatlah mengharukan jika kita tilik Kembali. Perempuan yang istimewa dipandang sebelah mata setelah sejarah itu dikubur oleh kolonialisme yang tidak ingin bangsa ini merdeka sepenuhnya.

Sejarah kehidupan dari perempuan ini akan membuka mata kita semua betapa hebatnya seorang perempuan. Siapakah dia?

Aceh yang merupakan tanah Serambi Mekah, telah menjadi pusat perhatian Kerajaan Islam pertama di wilayah Nusantara. Keimanan orang Aceh saat itu sangatlah kuat, termasuk dalam mempertahankan wilayahnya.

Konsili Vatikan menghasilkan keputusan dan pemberian mandat kepada Spanyol dan Portugal untuk melakukan ekspansi ke Nusantara. Hal ini menyebabkan, pertempuran di Teluk Haru. Armada laut Kesultanan Aceh melawan armada Portugis.

Pada pertempuran itu, para pejuang gugur termasuk Laksamana Zainal Abidin suami dari Keumalahayati. Keumalahayati merupakan perempuan kelahiran Aceh tahun 1550 M. Pada masa kanak-kanak dan remaja ia mendapat pendidikan istana. Malahayati masih berkerabat dengan Sultan Aceh.

Ayah dan kakeknya berbakti di Kesultanan Aceh sebagai Panglima Angkatan Laut. Semangat kelautan Malahayati muncul. Ia kemudian mengikuti jejak ayah dan kakeknya dengan menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di akademi Baitul Maqdis.

Setelah suaminya wafat, keumalahayati tidak diam untuk larut dalam kesedihan. Malahayati mengusulkan kepada Sultan Aceh untuk membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan. Permintaan itu dikabulkan. Ia diangkat sebagai pemimpin pasukan Inong Balee dengan pangkat laksamana.

Laksamana Malahayati dan pasukannya bertugas melindungi pelabuhan pelabuhan dagang di Aceh. Pada tanggal 21 Juni 1599, Laksamana Malahayati berhadapan dengan kapal Belanda yang mencoba memaksakan kehendaknya. Laksamana Malahayati dan pasukannya tentu saja tidak dapat menerimanya. Mereka mengadakan perlawanan. Dalam peristiwa itu Cornelis de Houtman dan beberapa pelaut Belanda tewas. Frederick de Houtman, wakil komandan armada Belanda, ditangkap oleh pihak Aceh.

Laksamana Malahayati tidak hanya cakap di medan perang. Ia juga melakukan perundingan damai mewakili Sultan Aceh dengan pihak Belanda. Perundingan itu adalah upaya Belanda untuk melepaskan Frederick de Houtman yang ditangkap oleh Laksamana Malahayati. Perdamaian itu terwujud. Frederick de Houtman dilepaskan namun Belanda harus membayar ganti rugi kepada Kesultanan Aceh.

Laksamana Malahayati meninggal dunia pada tahun 1615. Makamnya terletak di Desa Lamreh, Kecamatan Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Inilah kisah perempuan Islam sebenarnya, bukan saja mahhir memasak dan bersolek. Tapi seorang Muslimah pun mampu menjadi seorang pejuang di medan perang.

#MetodeKauny #HafizhOnTheStreet #HOTSerDaerah #PejuangAlQuran #HijrahItuMudah

FB | http://Facebook.com/hafizhonthestreet
IG | http://Instagram.com/hotsofficial_kauny
YT | https://bit.ly/Youtube_HOTSOfficial
Web | www.hafizhonthestreet.com
0821 5117 5117

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top